Bagi sesiapa yang kelak membaca tulisan ini kelak...
Pastikan saat selesai membaca ini, perbanyaklah mengucapkan kata syukur Alhamdulillah pada Allah..
Ada di pinggiran jalan itu aku melihat, sepasang ibu dan anak tengah menghitung hasil perolehan sementari dari kencleng yang terisi semenjak pagi..
Tentunya setelah itu sang Ibu akan melakukan rencana pembelanjaan alias alokasi dana dari hasi tersebut.
Terlihat begitu miskin, tetapi ada rona bahagia nampaknya.
Baru ku ingat..yahh ini hari Jum'at, hari di mana banyak orang memberi sedekah padanya.
Bisa jadi setiap hari Jum'at mereka "panen" dalam artian, lebih banyak yang memberi.
Yaa Rabb, seandainya ibu berfikir untuk mengubah nasibnya ?
Tidak terus menerus mangajarkan anaknya untuk mengemis..
Sembari terdengar lewat, hasil perolahan sementara untuk jam 2 siang teng adalah 85 ribu rupiah. Sejenak aku berfikir.... padahal ini kan tanggal tua, tanggal 28 Maret 2008.
Gimana kalo pas lagi bulan muda yaaa??
Wahh omzet si Ibu pastinya akan lebih banyak lagi...
Gimana kalo pas Ramadhan yaa??
Saat hampir semua orang muslim menderma..
Dan beribu gimana..gimana lainnya
Mulai otak ku berhitung...
Anak yang di bawanya itu berusia sekitar 6 tahun.
Kita ambil sederhana mereka mengemis selama 5 tahun terkahir
Berarti ada 52 minggu X 5 tahun = 260 minggu.
Ambil hematnya dari niat baik si ibu untuk mengubah nasib, dia kumpulkan 10 ribu rupiah saja untuk 260 minggu, maka ia akan memperoleh 2.600.000 rupiah, yang kita yakin bisa buat modal usaha. Jual makanan ringan, atau jual mie rebus, atau jual gorengan, dan masih banyak peluang lainnya yang halal yang bisa ia jalani.
Tapi tentunya hal ini tidak semudah di angan.
Kalaulah semua orang miskin yang berstatus pengemis itu berniat untuk mengubah nasibnya.
Eka yakin... di samping jumlah penderma yang terus meningkat
Tekad kuat mereka untuk berhenti mengemis pun akan berimbas ke pengemis lainnya.
Bukankan martabat hidup mereka akanjauh lebih terangkat, bukan lagi menjadi pengemis.
Sangat di sayangkan... di masa sekarang ini, menjadi pengemis bukan lagi karena memang keadaan ekonominya yang sangat miskin sehingga tidak mampu menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan. Tetapi lebih kepada rasa malas yang merajai mereka.
Allah sudah menjanjikan.... kita untuk bertebaran di muka bumi Allah untuk mencari rezki.
Tentu dengan cara yang halal, dan baik.
Agar berkah menjadi darah daging kita.
Tulisan ini bukan mengotori niat para sahabat untuk menjadi penderma kepada kaum fakir miskin, tetapi mengajak para sahabat membuka wacana berfikir.
Dalam riwayat Rasul pernah berpesan..
Lebih baik memberi dari pada menerima..
Lebih baik memberi kail ketimbang ikannya..
Eka agak lupa dari sebuah kisah sahabat Rasul yang sangat miskin sehingga akhirnya di belikan kapak oleh Rasul, dan kemudian dari kapak tersebut bisa digunakan oleh si miskin tersebut untuk bekerja dan memperolah upah dari penjualan kayu bakar.. hmmm maaf bila redaksinya agak keliru, tapi inti pelajaran yang bisa kita dapatkan dari cita tersebut sangat penting untuk bisa mengubah status sosial seseorang dari yang pengemis menjadi pengusaha kayu bakar.
Subhanallah...
Mari kita evaluasi diri kita...
Sejauh mana kita bisa memerdekakan saudara-saudara pengemis yang notabene adalah muslim? Memerdekakan mereka bukan berarti memanjakan mereka untuk terus mendapatkan hasil derma dan hanya berharap dari itu.... tetapi lebih kepada mereka mampu memperoleh hasil dari apa yang mereka kerjakan.
Semoga kita... hari ini, dan masa datang bisa lebih bersinergi lagi untuk hal lebih baik.
Aamin.
Labels: Ilmu Pengetahuan