Tuesday, April 18, 2006

Niat Lurus ... Itu apa sihh?

''Sesungguhnya, amalan-amalan itu tergantung niat, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai yang diniatkannya. Maka, barangsiapa niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya diterima Allah dan Rasul-Nya; dan barangsiapa yang niat hijrahnya untuk dunia yang akan diperolehnya atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu akan sampai pada yang diniatkannya.'' (HR Bukhari Muslim). Niat dalam aktivitas setiap Muslim menurut gue sangat penting, sehingga Imam Nawawi menempatkan hadis tersebut pada urutan pertama dalam kumpulan 41 hadis tentang kaidah-kaidah agung agama Islam yang biasa dikenal dengan hadis arbain. Secara bahasa, niat berarti kehendak atau tujuan, yahh tujuan... dan Secara syara', niat berarti kehendak atau keinginan kuat yang diikuti dengan tindakan nyata,maka berkaitan dengan perlunya bra-azam yang kuat, Esensi niat adalah tempat tujuan aktivitas dilakukan, bukan cara penyampaiannya. Niat secara lisan akan tetapi ditujukan kepada Allah SWT lebih baik daripada niat dalam hati, tetapi tidak sepenuhnya ditujukan kepada Allah SWT. Demikian pula sebaliknya. Lantas... kalau niat baik kita Allah yang tahu... bagaimana dia bisa tahu? ''Aku adalah paling tidak membutuhkan persekutuan. Barangsiapa yang melaksanakan amalan yang di dalamnya ia mempersekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku berlepas diri darinya.'' (HR Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Al Baihaqi). Hmmmhhhh analisa singkat yang mampu menguatkan opiniku.. Sebuah aktivitas bernilai ibadah atau tidak tergantung dari niatnya. Sebagai contoh: Makan, belajar, jalan-jalan, berkomunikasi dengan orang lain, sampai tertidur adalah aktivitas biasa, tetapi bila aktivitas itu hanya ditujukan kepada Allah SWT dan keridhaan-Nya, maka akan bernilai ibadah dan berpahala Namun, aktivitas yang dinamakan ibadah akan menjadi aktivitas biasa tanpa pahala ketika ditujukan kepada makhluk-Nya. Sebagai contoh: shalat sunah dan sedekah adalah ibadah, tetapi bila dilakukan hanya pada saat dilihat temannya, atasannya, atau orang lain, maka hanya menjadi aktivitas yang tak berpahala. Bahkan, bisa menghadirkan kemurkaan Allah SWT. Terkadang ada yang salah kaprah menafsirkan sabda Rasulullah SAW ''Segala sesuatu tergantung niatnya'' itu. Sebagai contoh, orang yang salah kaprah atau semaunya sendiri akan menafsirkan melihat pornografi dan pornoaksi diperbolehkan dengan niat mentadabburi keindahan ciptaan Allah SWT. Padahal sudah jelas, pornografi dan pornoaksi adalah haram Hhmmhh jadi emosi dehh gue, kalo liat opini" pentolan" yang ituh!! Demikian pula, penafsir yang semaunya sendiri itu tidak akan menganggap berdosa menyuap pejabat untuk meloloskan seleksi CPNS. Mereka berdalih menyuap itu diniatkan agar setelah bekerja nanti mempunyai penghasilan cukup dan keluangan waktu yang bisa menjaga keberlangsungan dakwah. Salah satu indikator bahwa niat kita lurus untuk Allah adalah ketika dilihat orang lain atau tidak, apakah semangat dan kualitas amalan kita tetap sama. So.. keep going on, don't give up on your faith.. Terus-dan terus berusaha... mencari kesejatian kehidupan.. sehingga akhirnya harus berakhir pada masanya ;D

Sunday, April 02, 2006

Kemenangan bukanlah rekayasa... melainkan peluang dan pertolongan dari Allah

Firman Allah: “Ketika datang pertolongan dari Allah dan kemenangan, maka engkau melihat manusia berbondong-bondong memasuki Dien Allah, ketika itu bertasbihlah, dengan memuji Allah Robbmu, dan beridtighfarlah, sesungguhnya Dia Maha Penerima Taubat (Q.S. An Nashr : 1 – 4)

Terkadang terlintas pada hati manusia ketika nasib berpihak kepadanya, keinginan untuk membanggakan kemenangannya, atau menuntut balas atas sikap orang-orang yang pernah menyakitinya. Maka Allah melarang sikap demikian, menggantinya dengan perintah tasbih, tahmid dan istighfar.

Hikmah sejarah: Ketika Rosulullah saw. memasuki kota Makkah dengan kemenangan yang diperolehnya (Futuh Makkah), mereka yang pernah menyakiti hati Nabi saw ketakutan dengan bayang-bayang kecurangannya di masa lalu, kira-kira apa yang akan dilakukan Nabi saw kepada mereka. Di luar dugaan mereka, justru Nabi saw memaafkannya. Juga seperti Nabi Yusuf As. yang pernah disakiti oleh saudara-saudaranya, ketika ia meraih kedudukan sebagai bendaharawan negara, beliau tidak menghukum saudaranya. Rasa syukur diwujudkan dengan sikap memaafkan.

Hiruk pikuk Pilkada di Balikpapan telah usai, suasana hati kembali tenang, yang ada adalah rasa pasrah atas ketentuan Ilahi. Penduduk kota beriman, saatnya kembali berhimpun sebagai satu keluarga besar yang berlomba-lomba mempercantik hati di hadapan Ilahi.

kemenangan yang sebenarnya masih jauh di depan sana, hari ini adalah kemenangan sebuah cita-cita, kemenangan sebuah harapan, yang baru hanya bisa diwujudkan secara bertahap ketika seluruh warga Balikpapan bahu membahu dukung mendukung untuk mewujudkannya.

Yang tidak mendapat suara terbanyak bukan berarti buruk, mereka adalah nominator dengan ribuan pendukung yang akan menjadi kekuatan penyeimbang, membantu dalam kebenaran dan mengkoreksi dengan arif jika ada kekhilafan.

Mengajak kepada kebaikan, mencegah keburukan, adalah semangat kekeluargaan warga Balikpapan Madinatul Iman yang bersih sampai ke hati, indah dengan akhlaq mulia. Kemenangan ini adalah kemenangan rakyat Balikpapan, kemenangan kita semua.

Marilah kita saling merangkul bukan memukul, saling mengajak bukan saling mengejek. Apa yang terjadi kemarin hanyalah proses sejarah, giliran berikutnya adalah menjalin hati, seiring langkah untuk kebaikan bersama. menuju harapan bergenerasi: Balikpapan maju lebih dari Singapura, namun penduduknya tenang dan tentram.

Perjuangan peradaban, kerja besar kebudayaan memerlukan pejuang-pejuang berbudi, yang mau mengakui kekhilafan sendiri dan mengakui kelebihan dan kemampuan orang lain. Sinergi dalam kebaikan dan untuk kebaikan itu sendiri adalah modal kita ke depan, dengan merujuk pada Tuntunan Kebenaran Sang Pemilik Langit dan Bumi.

Semoga Allah membimbing kita semua pada setiap apa yang di dalamnya ada kebaikan bagi masyarakat Balikpapan, Aamien ya Robbal ‘Alamien.

Regards'
Eka Yuliana

Catatan akhir pekan

Menjawab catatan akhir pekan seorang sahabat... atas ke gundah dan ke gulanaan hatinya.

Assalamualaikum, wr, wb

Good Morning every one :D... How was your week end ?

HHmm catatan akhir minggunya... begitu menyentuh..
Dan sekedar ikut menuangkan pemikiran..

Terkadang...pada saat bersendirian itulah kita merasakan kebersamaan yang begitu bermakana..

Bahkan terkadang terlarut dalam emosi yang mengantarkan kita untuk mengevaluasi jiwa... seberapa bermaknanya seorang jiwa kita di mata orang lain.

Empathy... mungkin ini judul yang paling tepat yang tengah berkecamuk di benakmu..

Mengenai lingkungan sekitar, orang sekitar, alam, dan lain sebagainya..

Petuah orang tua “hidup barokah, mati beriman” hhmm cukup ideal di dengar
Akan tetapi episode demi episode kehidupan yang terus berjalan tentunya tidak bisa disikapi dengan “tak peduli” atau “cuek” atau berjudul “netral” akan tetapi lebih nampak dengan “acuh tak acuh”

Benar dan salah merupakan pendapat yang selalu di pertentangkan dalam kehidupan manusia...

Bukti pemberian “free will” dari Allah seringkali di salah tafsirkan oleh manusia....

Bobroknya beberapa lini di masyrakat Indonesia... tentunya bukan tanpa sebab.
Pastinya... bukan semata kita penyebabnya.... (naudzubillah ... kalu kita adalah penyebab dari kebobrokan tersebut)

Penyakit mewabah, bencana alam, konflik antar masyarakat yang mengantarkan kepada perang saudara, pertumpahan darah sia”, sistem pendidikan yang kacau balau, jumlah kemiskinan yang terus menunjukkan peningkatan, truss apa lagi yaaa... waahhh pokoknya banyak banget dehhhh.. derita yang notabene harus di reguk warga bangsa ini

Aku ... mungkin bukan sesiapa yang bisa membantu menyelesaikan masalah negeri ini..

Sebatas seorang wanita yang hanya bisa ber”opini” menghantarkan “pemikiran & pendapat”

Tengoklah ke sekitar... semua kejadian yang semula “tidak di inginkan: kemudian terjadi.. kita bisa meratapinya... dengan prosentasi perbaikan dari masalah yang sangat kecil dan tidak berimbang...

Akan tetapi... ketika Allah memberikan berkahnya... menghidarkan kita dari bahaya......
Kenapa juga malah sajen yang di kirim,... kenapa juga sesembahan di pinggir laut, ngapain juga meyakini bahwa kesuksesan harus menyembah banyak benda mati yang di anggap memiliki kekuasaan ?? Yang di”hidup”kan aja nggak layak di sembah.

Nahhh... maaf yaaa untuk orang” yang berada di belahan bumi yang masih menjalankan ritual” seperti itu...apakah karena budaya taua karena... memelihara kebodohan????

Opini yang ada di akal sehat akhirnya berpendapat .... semua kejadian yang mengakibatkan kerugian... bisa jadi karena kemurkaan Allah... dikarenakan mereka yang bersyukur.. alih” “berterimakasih-nya” salah alamat.... bukan ke Allah.

Lantas yang bisa kita perbuat???

Bukan tidak ada, bukan sedikit, melainkan banyak...

Stiap kita tentunya merupakan efek positif dan negatif bagi yang lain...
“Create” lah individu diri yang baik.... pada saat bahagia... syukuri, pada saat derita ... bersabarlah...

Ibaratnya memberikan “efek” kebaikan kepada 1 orang maka akan melahirkan 2 orang baik, nah kemudian 2 orang tersebut berkolaborasi melahirkan 4 orang baik, dan seterusnya... insya Allah... “ber-konstruksi”kan orang” baik... gue yakin banget...kebaikan demi kebaikan kehidupan yang diinginkan akan datang dari berbagai-bagai arah... Amin.

Semoga opini singkat .... ini sedikit banyak bisa merangsang alam”atas” sadar kawan-kawan semua untuk bisa menyebarkan “virus” kebaikan bagi lingkungan sekitar.

Have a great Monday !!

Wassalam.... Eka!